Aku Suka Caramu

Seorang anak lelaki berpamitan pada ibunya untuk berangkat menuju pesta ulang tahun temannya. Dan perjalanan anak lelaki tersebut dimulai — menyibak dunia seorang tunanetra kepada para pembaca. Dunia itu adalah dunia yang indah, kala berbagai indera berebut peran untuk menuntun langkah sang bocah.

Secara unik, cerita dalam buku ini sepenuhnya disusun oleh dialog-dialog pendek nan jenaka antara dua karakter utama: Rano, sang bocah tunanetra, dan Wuri, anak perempuan yang berusaha membantu Rano sepenuh hati.

Di perjalanan, alih-alih Wuri yang membantu Rano, justru sang bocah tunanetra yang membantu Wuri memaksimalkan berbagai panca indera yang ia miliki untuk “melihat” dunia tanpa menggunakan mata.

Akhirnya, ketika kedua anak ini tiba di rumah Ali, Wuri telah belajar banyak dari Rano. Salah satunya adalah bagaimana mereka mengapresiasi lingkungan di sekitar mereka yang mungkin justru terabaikan orang-orang dengan kelima panca indera normal.

Wuri pun kini menghargai berbagai hal, termasuk lezatnya kue-kue tradisional, menggunakan cara yang diajarkan Rano.

Dengan ilustrasi yang playful, bacaan inklusif ini tidak mengambil posisi “mengasihani” mereka yang memiliki kekurangan fisik. Sebaliknya, cerita ini sangat efektif menyampaikan pesan pada pembaca bahwa anak difabel bisa mandiri dan memiliki kelebihan yang indah.

Dituturkan dalam konteks perjalanan menuju rumah teman yang berulang tahun, para pembaca cilik akan merasa bahwa kisah Rano dan Wuri dekat dengan kehidupan mereka. Bahkan, setelah dibacakan cerita ini, bisa jadi mereka akan merasa Rano dan Wuri adalah teman baru mereka.

Buku terbitan Yayasan Litara ini dapat dipesan melalui http://litara.or.id. Cocok dibaca oleh anak usia 5 tahun ke atas, dan seru jika dibaca bersama-sama di dalam kelas, dengan mengajak anak-anak ikut menggunakan (dan mensyukuri) panca indera yang mereka miliki.

Herdiana Hakim

Leave a Reply

Your email address will not be published.