Cepatlah Bello!

Hati saya berdesir saat menyadari makna di balik judul yang terkesan ceria ini. Cepatlah Bello… atau kau akan lenyap dari muka Bumi.

Suka tidak suka, itulah realita bagi Bello, si jalak bali. Saat ini, burung endemik Pulau Dewata ini berada dalam status konservasi “kritis”. Artinya: mendekati kepunahan.

Namun, buku ini dengan piawai menyajikan fakta memilukan tersebut secara halus, tanpa terjebak pada narasi sedih, apalagi mengharu biru.

Bello, tokoh utama cerita ini, digambarkan layaknya bocah kecil yang ceria dan penuh rasa ingin tahu, meski ia dan kawan-kawannya tengah diburu. Kadang, rasa penasaran Bello membuatnya terserempet bahaya.

Dengan teks minim dan kekuatan visual, cerita ini justru sarat aksi di setiap halaman, membawa kita ikut “terbang” bersama Bello dalam petualangannya menghindari pemburu (sekaligus mengagumi alam).

Sosok Bello sendiri tak hanya menggemaskan, tapi juga mirip superhero. Ternyata, ilustrasi ini setia pada rupa jalak bali yang sesungguhnya, yakni bulu putih dengan sepasang mata berbingkai biru layaknya topeng superhero.

Namun, Bello terus disadarkan bahwa ia tidak bisa bersantai-santai. Para pemburu masih mengincarnya. Apalagi, ia kini sendirian, terpisah dari teman-teman. Ayo, cepatlah Bello!

Syukurlah, akhirnya Bello menemukan teman-temannya. (Persisnya, teman-temannya yang menemukan Bello.) Bersama-sama, mereka bisa lebih kokoh melawan pemburu.

Dengan setiap spread yang bak layar film menampilkan adegan demi adegan, buku ini terasa bertempo cepat. Dan memang, gerak-gerik si jalak bali yang gesit menunjukkan bahwa burung tersebut tidaklah berdiam diri menuju kepunahan. Meski kecil, ia aktif dan berdaya untuk melawan.

Meski begitu, bukan hanya Bello yang harus cepat, tapi juga kita, para pembaca (besar maupun kecil). Jika tak cepat-cepat ikut menyelamatkan hewan ini, kita akan terlambat…

Herdiana Hakim

Leave a Reply

Your email address will not be published.