Dunia Tak Seindah Pelangi

Ah, seandainya saja semua permasalahan bisa dituntaskan dengan buku, maka bacaan ini menjadi barang wajib untuk dimiliki. Terdiri dari delapan cerita pendek disertai ilustrasi penunjang, kisah-kisah dalam buku ini mengangkat satu tema: apa yang harus dilakukan anak ketika masalah datang menimpa?

Di buku ini, anak diperkenalkan pada delapan tokoh, yakni delapan anak dari kedua jenis kelamin yang mengalami berbagai tantangan. Pertama, ada Kania yang harus mengalami perceraian orangtua. Lalu, ada Flea yang memiliki kakak perempuan seorang penyandang down syndrome. Ada Darius, yang mengalami kecelakaan yang menyebabkan ia tidak bisa bernyanyi lagi. Ada Alika, yang memiliki sahabat baru seorang penderita leukimia. Ada Faya, yang harus pasrah dibawa orangtuanya pindah rumah ke kota kecil dan meninggalkan teman-teman dan sekolah yang ia cintai.

Persoalan berat juga dialami Raka, yang ayahnya meninggal dunia dan membuatnya harus membantu Bunda yang hanya seorang buruh cuci, yaitu dengan berjualan es susu kedelai di tengah kesibukan bersekolah. Ditinggal orang terkasih juga dialami Eva. Sang Nenek yang menjadi pengasuh utamanya (karena kedua orangtua Eva adalah pekerja kantoran) harus pergi untuk selamanya, meninggalkan Eva dalam kedukaan mendalam. Terakhir, ada Bisma, yang memiliki kelinci peliharaan bernama Kika, namun kelinci itu hilang.

Semua permasalahan berat yang bisa menimpa seorang anak terwakilkan di buku ini. Tak ayal, para tokoh utama dalam delapan cerita ini harus mengalami berbagai emosi yang tidak menyenangkan, dari marah, kecewa, sampai sedih. Itu semua tak dilarang – anak justru lebih baik diajarkan mengenali emosi yang ia rasakan. Yang penting, setelah itu, bagaimana anak bisa menyikapi masalah yang datang dengan baik?

Dunia Tak Seindah Pelangi - InsideAda macam-macam solusi yang ditawarkan melalui cerita-cerita ini. Di setiap kisah, anak harus menerima situasi tak menyenangkan itu dan belajar darinya. Alika pada akhirnya hanya bisa mengenang sahabatnya yang dipanggil Tuhan, dan Eva harus menerima kenyataan bahwa Nenek yang dicintainya tak akan pernah kembali.

Kadang, akhir dari kekecewaan itu berbuah manis, seperti Darius yang kemudian meraih prestasi sebagai pemain piano dan menjadi motivator anak-anak lain, serta Bisma yang mendapatkan sepasang kelinci baru pengganti Kika. Yang pasti, ada pelajaran dari setiap peristiwa, yang biasanya disimpulkan oleh sang narator dengan bijak): “Biarlah, mungkin saja dunia tidak selalu berpelangi. Langit yang biru pun tak kalah indah, kan?”

Ketika banyak buku anak menghindar dari tema yang ‘berat’ atau sedih, buku ini justru menyambutnya. Karena itu, kehadiran buku ini patut diapresiasi. Dengan ilustrasi dan gaya penuturan yang melankolis, berbagai permasalahan di dalam buku ini bisa dipahami anak-anak tanpa harus menyinggung lebih jauh konsep abstrak dari kematian atau perceraian. Menurut saya, buku ini cocok dibaca oleh anak SD tingkat akhir, meski bukan berarti anak remaja maupun orang dewasa tak bisa ikut menikmatinya.

Herdiana Hakim

Leave a Reply

Your email address will not be published.