Hua Lo Puu

Cerita rakyat yang berasal dari Maluku Utara ini mungkin tidak berakhir bahagia, namun kisahnya sangat menyentuh.

Alkisah, ada sepasang suami istri yang setiap hari harus berladang di tengah hutan. Karena tidak ada orang yang bisa membantu menjaga bayi mereka, maka si bayi harus ikut dibawa bekerja. Sang istri menggantungkan kain pada sebatang pohon dan meletakkan bayinya di sana. Lalu, sang istri akan meladang tak jauh dari pohon itu.

Tak terasa tengah hari telah datang. Si bayi mulai menangis, tapi sang istri tetap bekerja. Sang istri berpikir, lebih baik ia menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat, baru nanti melihat keadaan bayinya.

HLP-1

Tapi bayi itu terus menangis. Akhirnya burung-burung yang ada di sekitar sang bayi menaruh iba. Mereka lantas memberikan bulu-bulu mereka untuk menghangatkan sang bayi.

Tangisan sang bayi kemudian berhenti. Sang istri pikir, itu karena bayinya tertidur. Maka sang istri kembali bekerja dan bekerja, sampai ia mendengar suara kicauan burung yang begitu pilu datang dari pohon tempat anaknya berada. “Hua… lo… puu…” begitu bunyinya.

Kali ini sang istri langsung menghentikan pekerjaannya. Ia buru-buru pergi memeriksa keadaan bayinya. Namun, semuanya sudah telat. Sang bayi sudah berubah menjadi seekor burung mungil.

Bila dilihat dari inti ceritanya, bisa jadi buku dwibahasa (Inggris & Indonesia) ini lebih pantas ditujukan pada para orangtua ketimbang anak-anak. Karena tuntutan ekonomi, bukan tidak mungkin banyak orangtua yang dituntut untuk memberi waktu lebih banyak untuk pekerjaan ketimbang untuk anak. Dengan membaca “Hua Lo Puu”, para orang tua diingatkan kembali tentang apa yang penting dalam hidup. Untuk apa dan siapa sebenarnya mereka bekerja begitu keras?

Waktu yang bisa dihabiskan dengan anak sebenarnya amat terbatas. Suatu hari, anak akan berubah menjadi seekor “burung” dan terbang pergi untuk membentuk sarangnya sendiri. Jadi, sebelum hal itu terjadi, manfaatkanlah waktu bersama anak sebaik-baiknya.

HLP-2

Para orangtua bisa membacakan “Hua Lo Puu” sebagai kisah pengantar tidur bagi anak usia lima tahun ke atas. Ilustrasi di dalamnya begitu apik, hingga pasti dinikmati bersama-sama. Di akhir cerita, bila dikehendaki, para orangtua bisa mengatakan pada anak bahwa mereka tidak akan melakukan apa yang dilakukan oleh sang ibu Hua Lo Puu. Para orangtua bisa menjadikan kisah ini sebagai cara untuk meyakinkan anak bahwa anak akan selalu menjadi yang paling penting bagi orangtua.

Agustina Sugianto

Leave a Reply to redaksi Cancel reply

Your email address will not be published.