20 Cerita Misteri + Detektif Majalah Bobo

Siapa tak kenal Bobo? Majalah ini sudah lama menjadi “teman bermain dan belajar” anak Indonesia – tepatnya sejak 1973!

Selain menyajikan pengetahuan, Bobo terkenal dengan cerita pendek yang menyuburkan imajinasi para pembaca cilik. Cerita-cerita tersebut cukup beragam. Ada yang lucu, manis, membuat semangat, mengharukan, dan… penuh misteri. Kini, sejumlah cerita terbaik sejak majalah Bobo pertama terbit telah dikompilasi dalam buku kumpulan cerita. Dua di antaranya menjadi pilihan Si Kancil kali ini, yaitu “20 Cerita Misteri” dan “20 Cerita Detektif”.

Mari mulai dari kumpulan cerita misteri. Sejumlah kisah dalam buku ini mengandung unsur misteri yang ‘otentik’ (terkait keberadaan makhluk alam lain), namun banyak pula kejadian misterius yang ternyata diakibatkan oleh niat jahat manusia, keisengan anak-anak, atau penjelasan rasional lain.

Di balik bunyi-bunyian aneh, bayangan menakutkan, dan rumah yang angker, ada pesan-pesan yang hendak disampaikan, seperti pentingnya persahabatan dan suka menolong. Emosi yang dirasakan pembaca melalui cerita-cerita ini pun beragam, ada haru, (sedikit) ngeri, jenaka, dan empati.

Misalnya, ada kisah tentang murid baru di sekolah yang konon diikuti sosok hantu yang meniru penampilannya. Setelah pembaca dibuat ikut tercekam, terkuak bahwa murid itu sebenarnya punya saudari kembar! Sementara itu, dalam “Rahasia Nana dan Pak Win”, boneka yang bisa menangis karena takut kehilangan pemiliknya berusaha mengingatkan pembaca cilik agar tak membuat orangtua khawatir. Nilai budaya lokal juga dapat ditemukan di beberapa cerita, seperti “Misteri Lambaian Sigale-gale” yang mengisahkan boneka kayu sigale-gale dari etnis Batak yang tampak memanggil anak-anak di tengah malam. (Ternyata, ada seekor anak kucing yang butuh pertolongan!)

Sering kali, fokus cerita adalah soal mengalahkan rasa takut itu sendiri. Dalam “Jon Si Pemberani”, tokoh cerita dikalahkan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak ada. Dalam “Rumah di Ujung Jalan”, sebuah rumah kosong yang tampak seram membuat Bayu ketakutan saat melewatinya dan mendengar suara tawa. Saat menyelidiki bersama ayah dan kakek, rupanya itu bunyi burung puter yang mirip suara tawa manusia.

Favorit saya adalah “Hantu Twitter” yang ditulis oleh Pradikha Bestari. Sebuah akun Twitter yang selalu menuturkan kisah seram begitu populer di sekolah Nadira, SD Melati. Nadira penasaran dan ia membaca diam-diam sebelum tidur… lantas ketakutan sendiri saat membaca cerita tentang hantu di perpustakaan SD Melati yang pintar dan suka membaca buku sains. Alih-alih seram, cerita ini sukses membuat cekikikan!

Sementara itu, dalam kumpulan cerita detektif, cerita diwarnai teka-teki yang menempatkan anak-anak sebagai pahlawan. Di sini, anak-anak tak hanya memecahkan misteri, tapi juga menolong orang lain, menangkap pencuri, menggagalkan penculikan, memecahkan kasus perampokan, bahkan menyelamatkan lingkungan hidup.

Tengok Edi dan Sohib, yang berhasil menggagalkan penculikan saat mereka mendapati pesan rahasia di dalam selembar saputangan. Edi dan Sohib berhasil memecahkan pesan tersebut karena teringat pelajaran di sekolah. Atau, cek keberanian tiga anak lelaki yang membantu paman mereka melindungi telur-telur penyu di Pulau Buangan. Tentu, tidak semua kasus ‘berat’. Para detektif cilik dalam buku ini juga berhasil mengungkap pelaku yang nakal dan memecahkan kaca jendela tetangga, atau menangkap anak manja yang suka mencari untuk mencari perhatian.

Banyak yang disajikan cerita-cerita dalam kedua buku ini, lebih dari sekadar nuansa misteri dan detektif. Yang pasti dan terpenting, cerita-cerita ini memperkenalkan keindahan sastra sejak dini pada anak sesuai usia perkembangan mereka. Dengan ragam plot, karakter, dan latar, anak-anak belajar mengenal elemen-elemen cerita yang baik dan meningkatkan kepekaan terhadap cerita yang bagus. Dan karena itu, kedua buku ini tak hanya cocok menjadi “teman bermain” si kecil yang sudah lancar membaca sendiri, tapi juga “teman belajar”!

Herdiana Hakim

Leave a Reply

Your email address will not be published.