Legenda Pohon Beringin

Siapa tak tahu pohon beringin? Pohon ini hingga sekarang masih dianggap keramat oleh orang-orang di daratan Jawa, Bali, dan Madura. Ternyata, di baliknya juga tersimpan sebuah legenda.

Pada zaman dahulu, hiduplah seorang Raja yang gagah perkasa di tanah Jawa. Ia memiliki seorang permaisuri dan beberapa selir. Dari sang permaisuri, Raja berputra seorang pangeran bernama Pangeran Jamojaya. Dan dari selirnya yang tercantik – Dewi Ananda – Raja berputra Raden Samijaya.

Sayang sekali, kecantikan paras Dewi Ananda tidak diikuti oleh kecantikan hatinya. Dengan segala rayuannya, Dewi Ananda berusaha membujuk Raja supaya menunjuk Raden Samijaya dan bukan Pangeran Jamojaya sebagai penerus kerajaan.

Saat bujukannya tidak berhasil, Dewi Ananda berusaha membuat Pangeran Jamojaya diusir dari istana. Permintaan Dewi Ananda dikabulkan Raja. Pangeran Jamojaya lantas meninggalkan istana. Namun sebelum ia pergi, Dewi Ananda berhasil menaruh racun dalam air minum sang pangeran.

Banyan-1

Pangeran Jamojaya pun meninggal. Namun dewa di kahyangan kemudian merubahnya menjadi pohon beringin. Barangsiapa yang berani menebangnya akan mendapat celaka.

Sementara itu, di kerajaan terjadi keributan. Rakyat mempertanyakan hilangnya Pangeran Jamojaya yang sangat mereka kasihi. Raden Samijaya yang punya hati jauh lebih baik dari ibundanya juga merasa kehilangan. Maka pergilah ia mencari sang kakak.

Raden Samijaya mencari dan mencari, namun tak kunjung menemukan kakaknya. Akhirnya ia meminta supaya diubah menjadi seekor burung. Ia pikir, dengan terbang, ia bisa lebih cepat menemukan Pangeran Jamojaya.

Namun sang pangeran tetap tidak nampak. Dan dengan demikian, Raden Samijaya terus berputar-putar sebagai seekor burung, memanggil-manggil nama kakaknya.

Sungguh legenda yang memilukan. Tidak ada akhir yang bahagia. Tidak ada kebaikan yang menang melawan kejahatan. Tidak ada pahlawan yang kembali dari kematian. Saya bahkan sempat bertanya-tanya, apakah kisah ini terlalu menyedihkan untuk dibaca seorang anak?

Banyan-2

Ilustrasinya yang menyerupai sketsa dan berwarna hitam putih juga berhasil menambah suasana yang kelam. Tapi, setelah dipikir-pikir, mungkin dari “Legenda Pohon Beringin” ini anak-anak justru bisa belajar bahwa niatan yang buruk tidak akan pernah menghasilkan sesuatu yang baik.

Dewi Ananda, misalnya. Selir kesayangan Raja ini tidak kekurangan apa-apa. Namun, hatinya begitu dipenuhi kecurigaan, kebencian, dan keserakahan. Ia ingin memiliki semua, tetapi akhirnya justru kehilangan semua. Dengan menghancurkan musuhnya, Dewi Ananda  menghancurkan masa depannya sendiri. Kini, tidak ada lagi Raden Samijaya yang bisa dijadikan sebagai jaminan hidupnya di istana Raja.

Ya, “Legenda Pohon Beringin” jelas bukan tipikal dongeng pada umumnya. Tetapi, dengan pengarahan yang baik dari orang tua, cerita dwibahasa (Inggris-Indonesia) ini seharusnya dapat dinikmati oleh anak-anak usia sekolah dasar.

Agustina Sugianto

Leave a Reply

Your email address will not be published.