Aku Bisa Melindungi Diri

Saat membaca atau menonton berita, rasanya tiada hari tanpa kabar tentang kekerasan terhadap anak — warga kelas dua yang seringkali tak berdaya menghadapi perlakuan semena-mena orang dewasa. Padahal, anak memiliki potensi untuk melindungi diri, dan tampaknya persepsi ini yang melatari penerbitan buku anak di bawah seri Aku Bisa Melindungi Diri.

Cerita yang disajikan dalam buku-buku ini (1 buku berisi 2 cerita) pada umumnya menunjukkan pada anak bagaimana mereka mesti bersikap saat menghadapi situasi berbahaya. Dalam ‘Aku Bisa Menghubungi Nomor Darurat’, misalnya, ada  anak perempuan yang ditinggal sendirian di rumah dan kedatangan dua orang tak dikenal yang memaksa masuk. Sang anak dengan cerdik pura-pura menelepon Bunda-nya dan berkata keras-keras: “Oke, Bun. Tolong telepon satpam untuk bantu buka pintu. Kuncinya nggak ketemu.” Strategi tersebut ampuh membuat kedua lelaki yang berniat jahat mengurungkan aksi mereka.

20161209_161508

Dalam cerita ‘Aku Berani Bilang Tidak’, Dila tengah keluyuran di mal ketika ia dibujuk seorang lelaki dewasa untuk ikut dengannya. Dengan iming-iming es krim, lelaki itu berniat jahat pada Dila. Namun, ketika ia hendak menjalankan aksinya meraba-raba Dila, sang anak berteriak berani: “Tidak! Jangan sentuh aku!” Lelaki itu lantas ditangkap satpam yang dibawa sang bunda untuk mencari putrinya. Bunda pun menegaskan kembali pesan cerita ini: “Dila telah berbuat benar. Tubuh Dila berharga. Jangan sampai orang lain menyentuh mulut, dada, dan kemaluanmu.”

Bagaimana jika yang mengalami pelecehan adalah orang lain? Sikap berani tetap menjadi kunci. Dalam ‘Saat Aku Takut dan Bingung’, seorang anak lelaki bermain ke rumah temannya, Ziko, ketika ia menyadari keanehan pada sahabatnya. Rupanya, Ziko telah dilecehkan teman ayahnya sendiri dan dipaksa merahasiakan perbuatan tersebut. Sang anak lelaki pun mendorong Ziko untuk berani melapor: “Kamu harus mengatakannya pada orangtuamu. Aku akan membantu dan menemanimu.”

20161209_161314

Meski di satu sisi anak diajarkan berani, di sisi lain mereka harus tahu membatasi dan menutup diri demi mencegah perbuatan jahat. Dua cerita — ‘Aku dan Penampilanku’ dan ‘Caraku Berpakaian di Tempat Umum’ — mengingatkan dengan gamblang agar anak-anak “hati-hati dalam berpakaian” dan bahwa “laki-laki hanya boleh mengenakan pakaian laki-laki.”

Setiap akhir cerita juga diimbuhi sejumlah tip untuk orangtua, seperti mengajari anak untuk menolak bujukan orang asing dan menggunakan ponsel untuk kondisi darurat. Sayangnya, karena porsi cerita yang pendek, buku-buku ini menjadi lebih mirip buku panduan ketimbang buku cerita.

20161209_161407

Meski demikian, seri Aku Bisa Melindungi Diri ini menunjukkan bagaimana buku anak berpotensi besar untuk menjadi “safe space” atau tempat yang aman untuk memperkenalkan pada anak-anak isu dan tema yang serius (dan kadang masih dianggap tabu), namun teramat penting untuk mereka ketahui.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.